Jumat, 26 Agustus 2011

Pasangan Sang Raja

Cerita rakyat ini cuma khayalan belaka, tidak ada kebenaran dari isinya, Jika ada nama tempat yang sama itu hanya kebetulan belaka.
So…, Jangan anggap serius isi dari Cerita ini
Alkisah hidup seorang raja yang berkuasa di tanah tinggi Giessen, Istananya yang dibangun atas Kecintaan Rakyatnya sungguh Indah Megah. Istana Tersebut diberi nama Istana Ostanlage, karena letaknya di Timur dari Negri Giessen. Satu yang menjadi daya tarik Istana tersebut adalah Gong besar di pintu Istana.
Sang Raja sengaja menaruh gong besar di depan Pintu Istana yang tak jauh dari tempat peristirahatannya, agar bila ada yang memukul gong tersebut Ia dapat mendengarnya. Mereka menyebutnya dengan Gong Keluhan, Karena rakyat boleh memukul gong tersebut bila ia merasa tidak puas.
Sungguh kehidupan yang harmonis, seluruh kecintaan rakyat tehadap raja yang begitu welas asih dalam memimpi negri. Tak pernah sekalipun gong berbunyi. Hingga suatu siang, saat Raja menikmati tidur siannya gong berbunyi tiga kali. “Gooonng…. ,Goooonnnggg… , Gooonnngg.. ”
“Siapa yang telah memukul gong..?,” batin sang Raja, segera Ia mengganti Pakaiannya dan pergi ke depan Pintu Istana.
Di depan Pintu Istana tanpa telah ramai para pengawal Istana yang menahan seorang lelaki tua. Teryata lelaki tua itulah yang telah memukul gong.
Dengan heran sang Raja memangil lelaki tua itu untuk mendekat
“Apakah bapak yang telah memukul gong ini…”
“ya…, banginda..” dengan begitu rendah tertunduk lelaki tua itu menjawabnya
“kenapa bapak memukul gong ini.., apa bapak telah merasa dianiyaya”
“tidak baginda..”
“apa bapak, merasa di perlakukan tidak adil di negri ini..?,” kemali Raja bertanya.
“sungguh baginda telah berlaku adil kepada kami baginda..”
“apa bapak tidak dapat memenuhi kehidupan bapak..?,”
“Negri ini sungguh makmur baginda, sunnguh kami hidup dengan tenang.”
“lalu.., mengapa bapak memukul gong ini..?,” raja begitu penasaran
“maaf beribu maaf baginda, saya memukul gong ini hanya karena
baginda belum menikah”
“apa… ”
Bagai ribuan ngengat berterbangan di Istana, riuh para penghuni kerajaan dan rakyat yang mendengar ucapan lelaki tua itu. bisik bisik para rakyat begitu hebat, hingga pengawal Istana harus membunyikan terompet tanda agar diam.
“bapak memukul gong ini karena saya belum menikah..?,” raja begitu gusar..
“ya baginda.., saat ini usia baginda telak lebih dari cukup untuk memiliki seorang permaisuri sebagai pendamping hidup baginda”
“apakah Aku harus memimpin negri ini di dampingi seorang permaisuri.. ” raja bangit dari singgasananya, “bukankah aku telah memimpin negri ini hingga makmur tanpa seorang permaisuri.. ” suara sang raja begitu melengking tinggi.
“maaf beribu maaf baginda, bukankah Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang pasangan dan bukankah seseorang telah diwajibkan untuk memiliki pasangan hidup bila dia telah sanggup”
suasa begitu hening, perlahan butiran butiran putih salju jatuh dihalaman Istana Ostanlage. Sang Raja diam mebisu, begitu hening para pengawal Istana dan rakyat yang hadir ingin menyaksikan, ikut larut dalam suasana hening, seolah olah ikut dalam pemikiran sang Raja.
“wahai…, rakyatku.. ” suara keras milik sang raja bergema ke seluruh Istana, “memang saya belum memiliki permaisuru sebagai pendamping hidup saya, dan saya tidak akan memiliknya jika satu hal belum terlaksana”
Kembali suasana begitu riuh dengan peryataan sang Raja.
“wahai baginda, maaf beribu maaf, andaikah saya boleh tau hal apa yang membuat Baginda belum memiliki pendamping hidup..”, tanya lelaki tua dengan begitu takut, bila sang raja menjadi murka.
“baik lah… dengarlah wahai rakyatku, saya tidak akan memiliki seorang pendamping hidup, sebelum putri dari kerajaan Kassel menerima lamaran dari saya.. ”
Udara dingin Ostanlage kembali menusuk, satu persatu rakyat dan penjaga Istana meninggalkan Pintu depan Istana. meninggalkan sang Raja yang diam terpaku dalam suasana. Bilakah saya melamar Putri dari kerajaan Kassel, Kerajaan yang begitu besar. “Mungkinkah..?”
Sementara dirinya terlalu kecil walau sebagai seorang Raja, Masih banyak raja raja Dari Negri lain yang begitu Agung. Raja Hanover, Berlin, DArmstadt. Semarang, dan mungkin masih banyak lagi.
“ah..” biarlah Dia memilih
Ha…ha..ha…ha…, Cerita rakyat ini cuma khayalan belaka, tidak ada kebenaran dari isinya, Jika ada nama tempat yang sama itu hanya kebetulan belaka.
So…, Jangan anggap serius isi dari Cerita ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar