Jumat, 26 Agustus 2011

Pendekar dan Sang Jelata

Konon kabarnya….
dahulu
entah lah sekarang..
seorang Pendekar di ranah Nusantara
harus lah ..
mesti….
mengembara ke pelosok alam
menambah ilmu
serta menimba pengertian
dan mencari tau
rahasia….
alam…
hidup…
kiat ataupun cara
dan sangkut serta paut nya
semua itu atas diri nya
nun
di sudut hutan
si bukit si tambun tulang
di kala sang mentari
berpijar dengan sorotannya panas nya
tiada yang berani melawan
awan seakan enggan mendekati
mereka memilih berkumpul
di balik bukit
ujung barat
langit kelabu
tanah pun jauh dari kelembaban
debu berterbangan setiap injakan kaki…
sedangkan ungas unggas enggan terbang
mereka bertumpu
di atas dahan dan ranting
pepohonan nan mengeluh resah
menanti awan tutupi surya
semoga magrib cepat tiba…
sedangkan angin enggan berhembus
konon lah pula awak berarak….
tetapi..
sang Pendekar
tetap berjalan
dia tau
belajar dari alam
alam gaib dari bisikan sang dedaunan
bau dari bumi
begitu seharusnya dia tau apa yang akan dilakukan untuk tetap menimba ilmu
dan rasa serta periksa
setiap hari adalah…
mengenal diri sendiri dan lingkungan
nun
di kejauhan yang samar samar
se orang lelaki terbaring miring
se akan menekan telinga
mendengar sesuatu di perut bumi
Pendekar mendekati…
bertanya dengan sepenuh hati
kisanak sedang apakah di sini
sang lelaki yang terbaring miring
menjawab dengan suara yang tidak bening
dua kuda tiga pedati
sembilan lelaki muda
Sang Pendekar
membenamkan diri
mengirim rasa buat sang guru
bermeditasi meninjau nurani
apa yang di pelajari selama ini
jauh di bawah sang lelaki
yang terbaring miring
tergeletak di labuh ini
berbadan kecil tetapi tidak mungil ini
Sang Pendekar
anda bisa mendengar kan semua
yang akan lewati jalan ini?
Sang lelaki
tidak tuan
sepeminuman tuak
sebelum tuan tiba
dua kuda tiga pedati
melewati tubuh ku ini
ohhhhh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar